Perjalanan menuju kantor pagi ini cukup panjang karena ditempuh dari Bogor, setelah semalam pulang untuk makan malam bersama dalam rangka Anniversary papah dan mamah yang ke 31. Berangkat juga sudah cukup siang, melewati waktu berangkat normal, sehingga memutuskan untuk membawa buku sebagai bahan bacaan pada saat terjebak macet di jagorawi.
Buku yang terpilih adalah buku testpack nya Ninit Yunita. One of my favorite book. Entah sudah berapa kali membaca buku ini, tapi tetap terharu pada saat membacanya. Buku yang bercerita mengenai seorang istri yang begitu ingin memiliki anak setelah 7 tahun menikah. Berbagai cara telah dilakukan namun tak jua dirinya memiliki test pack bergaris 2 yang menyatakan bahwa dirinya hamil. Setelah saling memeriksakan diri ke dokter spesialis, barulah ditemukan penyebabnya, dan mulailah konflik besar dalam rumah tangga mereka sampai akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan rumah itu. Namun sebuah kejadian membuat mereka kembali bersatu dan mengatasi masalah yang ada.
Buku itu mengajarkan akan komitmen, akan kenyataan bahwa cinta saja tidak cukup dalam mempertahankan suatu hubungan, diperlukan juga saling memahami, saling mengerti, dan mau menerima kekurangan dan kelebihan pasangan meski terkadang harus mengorbankan keinginan diri sendiri.
Seperti yang tertulis dalam buku itu;
Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinya.
Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang istri untuk pergi jauh melihat baik dan buruknya suami. Menerima dia ketika sedang tampan dan menerima juga manakala dia sedang menguap dengan jeleknya saat bangun pagi.
Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seroang suami ketika mengetahui seorang wanita lain mengajaknya berselingkuh dan ia memilih pulang ke rumah untuk makan malam dengan istri dan berbagi kisah sambil tertawa.
Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu atau mendadak miskin.
Will you still love them, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on, start loving someone, because you want to
Jika menyambung notes terdahulu, akan jauh lebih baik jika kita mencintai seseorang karena Nya, karena apapun balasan yang kita terima dari orang yang kita cintai atas apa yang telah kita lakukan tidak akan bisa melukai hati kita, karena kita tahu, itulah yang diinginkan oleh Nya agar kita menjadi lebih sabar, lebih kuat dan lebih menghargai.
* sekedar untuk mengingatkan diriku sendiri untuk meluruskan niat dan tetap di jalur Nya...
No comments:
Post a Comment