Monday, January 25, 2010

Diakah Teman Sejati - from my friend

cek email pagi-pagi, email paling atas adalah email dari seorang teman dekat, membacanya dan speechless, tak bisa berkata-kata, hanya bisa menghela nafas..... sudahkah aku melakukan hal itu?? apakah aku bagian dari kelompok itu?? fyuhhhh can't answer.... dearest pipih, izin ku copas tulisan itu disini yaaa....thanks

Diakah Teman Sejati

Kita berharap pendamping yang mau menerima kita apa adanya, tulus mencintai kita, ikhlas mendampingi kita dan bersedia memaafkan kesalahan-kesalahan kita. Tetapi tatkala mencari pendamping hidup, ada begitu banyak kriteria yang kita tetapkan. Kita mempunyai keinginan yang begitu banyak, dan sebagian besar di antaranya untuk kepentingan diri kita sendiri. Kita lupa bertanya, “kalau alasan untuk memilih dan menerima begitu banyaknya, bagaimana mungkin kita akan bertemu dengan orang yang mau menerima apa adanya? Kalau untuk memilih kita begitu peka terhadap kekurangan, bagaimana mungkin akan mendapatkan orang yang mu berlapang dada menerima kekurangan?”.

Demikian sulitnya kriteria itu dipenuhi sampai-sampai ia terkalahkan oleh dirinya sendiri, sehingga ketika tiba masa di mana ia tak sanggup lagi menahan sepinya hidup, ia akhirnya memutuskan menikah. Tetapi ketika itu, sudah tidak ada orang-orang yang patut yang mau datang meminang.

Astaghfirullahhal ‘adzim... betapa sering kita mengaku beriman, tetapi tidak percaya janji-janji- Nya dalam Al-Qur’an. Kita mengaku mengimani Allah Yang Menjamin Rezeki setiap makhluk-Nya, tetapi untuk menikah harus dengan orang yang sudah mapan ekonominya. Padahal kekayaan bisa hilang seketika, dan yang tak hilang bisa kehilangan barakahnya. Kalau harta sudah kehilangan barakahnya, dimana kedamainan hati akan kita cari? Kalau harta sudah kehilangan barakahnya, kemana kita akan pergi untuk menemukan tulusnya cinta? Kemanakah kita akan mencari tempat untuk berteduh jika rumah yang luas membuat hati kita sempit?

Kemana? Ya... ya... ya..., kemana akan kau cari? Kemana engkau akan pergi, jika terhadap dirimu sendiri pun engkau telah lupa?


Maka...

Berendah hari dalam menetapkan pilihan, insya Allah justru akan membukakan pintu-pintu kebaikan yang sangat besar. Cukuplah hal-hal yang mendasar saja sebagai patokannya. Semoga dengan itu Allah ‘Azza wa Jalla menggenapkan yang kurang dan menyempurnakan tiap-tiap perkara yang masih perlu dibenahi. Jika Allah sudah menetapkan barakah yang besar bagi pernikahan kita, insya-Allah setiap langkah menjadi kebaikan. Dan kalau ada airmata yang sesekali harus tumpah, ibarat tanaman, ia menyirami benih-benih kebaikan. Bukankah nikmatnya masakan apabila telah bercampur garam seukuran yang cukup? Bukankah anak-anak kadang harus demam sebelum bisa berjalan?

Teringatlah sabda Nabi saw:
“Apabila datang kepadamu seorang laki-laki (untuk meminang) yang engkau ridha terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Berkenaan dengan ini, ada yang menarik untuk kita renungkan. Sepanjang saya perhatikan, umumnya semakin lambat seseorang menikah akan semakin banyak kriteria yang ditetapkan, kecuali pada orang-orang yang berhati-hati dengan dirinya. Agaknya, ini banyak berkait dengan masa peka di tiap usia. Munculnya kriteria yang semakin banyak dan sekaligus menjadikan orang semakin peka terhadap apa yang “tidak ideal” kerap muncul setelah usia menginjak 30 tahun; usia dimana seseorang berada pada masa ideal menjadi orang tua awal. Usia ini memang peka terhadap sesuatu yang bersifat ideal. Bukan terhadap pendamping hidupnya, tetapi terhadap anak yang dicita-citakan untuk masa depan. Tetapi jika menikah saja belum? Anda sendiri yang bisa menjawab.


Diakah Teman Sejati itu?
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim


No comments: