Hmm back to the topic, novel Feel, karya tulis pertama Wulan Guritno dan Adilla Dimitri. Sebuah novel yang menceritakan pencarian sang tokoh – Kanya dalam mencari apa yang sesungguhnya diinginkan oleh nya dalam hidup ini. Sebuah pertanyaan simple yang ditanyakan sahabat karibnya sebelum meninggal dunia. Pencariannya itu membuahkan hasil yang bahkan tak diduga sama sekali oleh Kanya. In my opinion , buku ini memang menyadarkan kita untuk melakukan apa yang kita inginkan, tapi alur ceritanya sih menurutku biasa aja, menggambarkan proses yang biasa kita hadapi dalam pencarian. Dari skala 1-10 kukasih nilai 6,5 deh....
What I want in life?? Sebuah pertanyaan sederhana, namun bisa membuat kening berkerut memikirkannya. Tanpa bermaksud menggurui (karena bukan guru) atau bermaksud sok tau (karena baru tau juga) hanya mencoba untuk menggabung-gabungkan materi yang pernah didapat. Untuk mengetahui apa yang kita inginkan dalam hidup ini kita harus tahu dulu apa tujuan kita hidup. Jawaban kalau ditanya waktu kecil dulu mau jadi apa adalah kecil dimanja, muda hura-hura, tua senang-senang, mati masuk surga. Hahaha siapa yang gak mau? Intinya mah bahagia di dunia dan akhirat. Bisa? Bisa banget!
Bahagia di akhirat sudah pasti masuk surga, yang masih mengawang adalah bahagia di dunia. Apa sih kebahagiaan itu? Kaya? Berkedudukan? Punya suami/istri hebat? Hmm kayanya bukan itu. Kalau memang itu yang mebawa bahagia lalu kenapa banyak anak orang kaya yang mencari kebahagiaan dari obat-obatan? Atau pasangan orang terkenal yang harus berpisah karena sebuah alasan? Atau seorang pejabat yang mencari kebahagiaan di klub-klub?
Jadi bahagia itu apa ya? Dalam Alquran sudah tertulis dalam Qs Al Baqarah 38 : “barang siapa yang mengikuti petunjuk Ku maka tidak ada rasa khawatir dan bersedih hati pada mereka”. Hmmm berarti bahagia itu adalah kalau kita berjalan mengikuti petunjuk Nya. Shalat, zakat, puasa, beriman, bersabar, bersyukur, dan hal lainnya. Semua itu sudah ada dalam Alquran, SOP terbesar di dunia, SOP terhebat sepanjang masa, tak ada yang bisa mengalahkannya. Hanya terkadang kita yang lalai untuk membukanya, kita yang terkadang hanya membaca tanpa bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita.
Lalu bagaimana ya mengaplikasikan itu semua dalam suatu “hubungan”. Kembali kita lihat dari tujuan kita hidup. Tujuan kita hidup seperti telah tertulis di atas adalah untuk bahagia di dunia dan akhirat. Kalau kita merasa lelah, merasa capek dalam menempuh atau setelah mengakhiri suatu hubungan, berarti ada yang salah dengan hubungan tersebut. Berarti kita menjalani hubungan itu tidak dengan tujuan yang benar. Kalau tujuan kita adalah bahagia dunia akhirat, maka kejarlah bahagia di akhirat, karena Qs. 6 : 32 mengatakan bahwa kehidupan didunia hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya. Selain itu bukankah ada hadits yang menyatakan kejarlah akhirat maka dunia pun akan kau dapat.
Maka niatkan memulai suatu hubungan untuk memperoleh kebahagiaan itu. Jadikan hubungan itu sekedar jalan bagi kita untuk memperoleh ridho Nya, untuk meraih barokah Nya, untuk mendapatkan perhatian Nya. Niatkan apapun yang kita lakukan adalah karena Nya, kita mencintai pasangan kita karena Nya, kita mengabdi pada pasangan kita adalah bentuk ibadah kita pada Nya. Jadikan keluarga adalah ladang untuk memperoleh ridho Nya. Rasanya kalau Dia sudah meridhoi kita, sudah memperhatikan kita, maka apapun yang akan terjadi di dunia ini tidak akan mampu membuat kita bersedih. Hasilnya bahagia di akhirat kita dapat bahagia di dunia pun dapat.
Tapiiii untuk melakukan itu semua gak semudah menuliskannya disini. Beberapa kali harus terjatuh, beberapa kali harus merasakan sakit, beberapa kali air mata ini tumpah membasahi bantal. Aku anggap itu adalah langkah mundur untuk maju lebih jauh lagi. Bagaimana hati ini akan terbuka kalau ia tak pernah patah? Bagaimana hati ini akan kebal jika Ia tidak pernah sakit? Bagaimana mata ini akan kuat menahan tangis kalau Ia tak pernah menangis? Qs 29 : 2-3 mengatakan bahwa hidup itu adalah ujian bagi kita, sudah benarkah niat kita, sudah mantapkah jalan kita? layaknya sebuah permainan, ujian adalah suatu tahapan untuk pindah ke level berikutnya yang lebih tinggi. Kita hanya perlu sabar dan shalat dalam menghadapi ujian tersebut (Qs. 2 : 153)
Seperti anak kecil yang terjatuh pada saat berlari mengejar kupu-kupu, cepatlah bangun, ucapkan istighfar, bulatkan tekad, luruskan kembali niat kita hanya untuk Nya, mulailah kembali berjalan bahkan berlari menuju Nya. Karena Ia juga akan menghampiri kita jauh lebih cepat. Berusahalah sekuat mungkin dan serahkan hasil akhir pada Nya, sang pemilik takdir.
....untuk diriku dan diri-diri yang lain yang terkadang, pernah, mulai, dan tengah merasa lelah.....