Friday, November 26, 2010

24 November 2010



Kulangkahkan kaki perlahan keluar dari gedung kantorku setelah mengucapkan pamit kepada satpam yang terkantuk-kantuk menunggu ku pulang. Kupandangi wajah penuh bulan di atas langit sana, hmm malam terang bulan rupanya. Bukan tanpa alasan hingga aku mengakhirkan jam kerjaku hari ini hingga beberapa menit menjelang tengah malam. Aku hanya ingin memulai hari istimewaku dengan cara yang berbeda. Sambil melangkahkan kaki menyusuri jalan menuju kostan, kucoba mengingat kembali tahun-tahun yang telah kulalui. Langkah demi langkah telah kujalani. Kadang berlari, kadang tertatih, kadang terdiam bahkan kadang tergugu mundur. Semua cerita suka, cerita duka, tangisan pilu, air mata bahagia turut mewarnai kehidupanku, membentukku hingga bisa menjadi seperti diriku saat ini. Orang-orang disekitarku yang turut membentuk kepribadianku, mamah, papah, adik, sahabat, teman, kerabat, orang yang pernah menjadi teristimewa, semua turut memberikan sumbangsihnya mencoretkan goresan dalam kanvas hidupku.




Waktu tepat menunjukkan pergantian hari ketika kubuka pintu kamarku. Kuletakkan tasku, kuraih si putih dan kupandangi, berharap ia berbunyi, memberikan tanda bahwa ada seseorang yang juga menanti waktu ini. Seseorang yang akhir-akhir ini sering memenuhi pikiranku. Seseorang yang mencoba mengetuk pintu hatiku sejak saat bulan bersinar penuh sebelumnya. Seseorang yang mulai kuanggap istimewa dan mulai kuharapkan untuk menjadi teristimewa. Beberapa menit setelah itu si putih berbunyi, ah tapi dari bunyinya aku tau itu bukan dia. Sebuah notifikasi masuk menandakan seseorang mengucapkan selamat hari lahir di wall ku, tapi bukan Ia, melainkan temannya. Langsung kubalas ucapan tersebut, berikutnya berturut-turut masuk notifikasi yang lain dengan ucapan yang sama, dan aku masih tetap menanti yang lain, sampai beberapa waktu kemudian asa ku mulai pupus. Kutahan agar setitik air di ujung mataku tak jatuh, Allah ya rabb, jangan biarkan air itu jatuh saat ini, masih terlalu dini untuknya menghiasi ceritaku. Dan aku pun tertidur tanpa kutahu, mataku mengkhianatiku dengan membiarkan air itu menetes dari sela-sela bulu mataku ketika ku tidur.



Berkali-kali ku terbangun, berkali-kali juga aku menghela nafas setelah melihat tak ada namanya di si putih. Akhirnya, aku biarkan air mataku jatuh ketika ku bersujud pada Nya di sepertiga akhir malam. Kupanjatkan syukur ku atas karunia dan semua kenikmatan yang kurasakan sampai akhirnya masih diberi kesempatan hingga hari ini. Allah ya rabb maafkan aku jika aku masih meminta hal lain sementara telah begitu banyak nikmat yang kuterima dari Mu.


Dan kucoba menjalani hari itu dengan tersenyum, dengan menunjukkan wajah selayaknya orang yang tengah merayakan hari istimewanya. Kubalas puluhan ucapan yang memenuhi wallku, email, sms, dan ucapan langsung, tapi tetap masih menunggu dirinya muncul di si putih. Lewat tengah hari, barulah dirinya muncul dengan satu kalimat pendek di wall, ahhh lega dengan keberadaan dirinya namun tetap tak bisa kupungkiri ada sedikit kecewa menelusup hatiku.


Petang hari kuhabiskan dengan beberapa teman yang memang sudah berjanji untuk bertemu, dan sangat berterima kasih karena mereka berhasil mengupayakan agar hari istimewaku ini tidak berlalu biasa saja tanpa kehadirannya. Walau tetap ada setitik kecewa dengan tak ada sosok dirinya melengkapi hari ini. Sebelum kupotong kue itu, kupanjatkan doa, semoga….semoga…..semoga….. amin allahumma amin termasuk satu harapan akan dirinya.


Setibanya di kostan, masih ada 1 jam sebelum hari berakhir. Kembali kubuka si putih, kubalas ucapan-ucapan yang belum sempat kubalas, sambil tetap berharap dirinya mau meneleponku atau bahkan sekedar mengirimkan sms untuk hari ini, hari istimewaku. Sampai hariku berakhir, namanya tak juga muncul, harapan itu tak pernah terwujud dan pupuslah asaku. Masih kumaklumi kesibukannya sehingga mungkin melupakan hari ini, ataukah memang hari ini tak pernah dianggap hari istimewa untuknya?? Fyuhhh, tak akan kubiarkan rasa itu menggangguku hari ini, karena dengan banyaknya doa yang diberikan padaku cukup membuatku yakin, mungkin kesibukannya membuatku tak terlihat, atau mungkin memang aku tak istimewa untuknya seperti harapanku selama ini, tapi masih ada yang memberiku perhatian, masih ada yang menganggapku berarti, masih ada yang mau meluangkan waktunya untuk mendoakan ku. Kuakhiri hariku dengan mengucap Ya Allah ya rabb, kabulkanlah puluhan doa yang dengan tulus mereka panjatkan untukku, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangiku. Kupejamkan mataku dan kembali mataku mengkhianatiku dengan membiarkan setetes air dari sela-sela bulu mataku.


*akhir hariku 2010*

Monday, November 15, 2010

Teruntuknya disana


Pagi-pagi mencari file data kerjaan, gak sengaja nemuin surat yang dibuat sekitar 2 bulan yang lalu, di tengah lantunan doa malam yang panjang...... terlupa untuk di post disini


Assalammu’alaykum ikhwan,
Apa kabarmu disana? Aku selalu berdoa dan menitipkanmu pada Nya, agar dirimu selalu dilindungi, diberi kesehatan serta diberi ketenangan jiwa dan pikiran sehingga dirimu bisa beribadah dan bekerja dengan baik.

Ikhwan, aku memang tidak setaqwa Aisyah, tidak setabah Fatimah, apalagi semulia Khadijah. Aku masih jauh dari mereka semua. Aku hanyalah wanita akhir jaman yang berusaha untuk menjadi wanita sholehah, yang terus berjuang untuk menjadi yang terbaik untukmu. Karena bukankah, seindah-indah perhiasan, lebih indah adalah seorang istri yang sholehah. Aku ingin menjadi perhiasan terindahmu yang bisa kau banggakan di akhir nanti. Seperti layaknya tulang rusukmu yang membentukku, aku pun terkadang keras membengkok, namun bukan berarti aku tak bisa kau luruskan. Luruskan aku dengan kata-katamu, dengan sikap terbaikmu, karena diatas ke ego an ku, terpatri janji ku untuk mematuhi perintahmu sebagai imamku.

Ikhwan, jika kau merasa lelah, beristirahatlah, duduklah disampingku, keluarkanlah semua yang tak mampu kau bagi pada yang lain, agar lepas bebanmu, karena aku tak pernah meminta mu untuk memberikanku gunung emas, aku tak meminta engkau menjadi setaqwa Ibrahim, atau setabah Ayub, atau menjadi semulia Muhammad SAW. Cukuplah bagiku niatmu untuk membawaku ke surga bersamamu. Walau aku tak berkeberatan jika kau membangunkanku di larut malam untuk menyambutmu pulang bekerja namun aku akan lebih mencintaimu jika kau membangunkanku di akhir malam untuk sama-sama bermunajat padaNya, tunduk pasrah padaNya. Aku akan berusaha mengerti jika kau bercerita mengenai pekerjaanmu, sama seperti aku akan berusaha menyerap ilmu agama mu. Ajarkanku seluruh ilmu yang kau miliki yang Allah titipkan padamu. Sehingga suatu saat nanti bisa ku berikan kembali ilmu itu pada anak-anak kita, kepada penerus keturunan kita, kepada mereka yang akan membantu kita menuju hari akhir dengan doanya. Aku percaya jika saat itu tiba, kau akan ada di sampingku, mendampingiku untuk mendidik mereka agar selalu bertaqwa pada Nya. Tularkanku semangatmu untuk mencari RidhoNya, ingatkan aku jika semangatku memudar seperti aku yang akan selalu menyerumu disaat semangatmu melemah.

Tapi ikhwan, aku mohon maaf padamu, aku tak bisa selalu mengutamakanmu, aku tak bisa menempatkanmu di tingkat teratas rasa cintaku. Maafkan aku jika aku tak bisa selalu mengingatmu, atau selalu merindumu. Karena aku tak bisa mengalihkan cintaku pada Nya dan rasulNya, aku tak bisa menepiskan rinduku padaNya, untuk bertemu kekasih Nya Muhammad SAW. Ingatkan aku ikhwan, jika aku mulai terlalu terpaku padamu. Jangan biarkan aku menjadikanmu satu-satunya pujaanku. Sama sepertiku yang akan mengingatkanmu jika kau mulai terlena akan perasaanmu padaku. Bukankah bersatunya perasaan kita dikarenakan kita mencintai Nya? Karena kita memiliki cinta dan tujuan yang sama? Karena kita berada di jalan yang sama?

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan kecintaan kepada Mu, bertemu untuk taat kepada Mu, bersatu dalam dakwah Mu dan berjanji setia untuk membela syariat Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahah tawakal kepada Mu, hidupkanlah dengan ma’rifah MU, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.


26 Sept’ 10
Teruntuk ikhwanku yang juga masih
mencari jalan untuk bertemu :)