Kumasuki ruangan kantor yang masih sepi sambil menjawab sapaan office boy yang tengah mengepel lantai. Tentunya dia sudah terbiasa kalau jam masuk ku terkadang menyamai jam kerjanya :D
Beep beep, si putih menyalak, sebuah pesan singkat masuk mengabarkan meeting pagi ini ditunda nanti sore. Mau membuka laptop rasanya malas, akhirnya hanya duduk dan memandangi isi meja. Ada foto-foto bersama teman kantor waktu berlibur bareng, ada foto bersama sahabat sma, kalender yang penuh coret-coretan jadwal sampai 2 minggu ke depan, gambar kucing, celengan kucing, buku-buku dan berkas-berkas tertumpuk rapih di pojok, serta pernak-pernik lainnya memenuhi meja yang hampir 5 tahun ini kutempati.
Memandangi meja ini seakan memutar kembali berbagai rekaman masa lalu, diomelin klien, bos yang marah-marah, asisten yang misuh-misuh, keliling jakarta mengunjungi beberapa klien dalam 1 hari, report yang dirobek dan dilempar bos, sujud syukur sambil berurai air mata saat lulus ujian profesi, makan-makan ketika berhasil menyelesaikan deadline, rapat di klien seharian penuh, berdebat dengan orang pemerintahan, lembur sampai jam 7 pagi, rasanyaaaa baru kemarin itu terjadi. Ternyata hampir 5 tahun kulalui itu semua. Suka duka, senang susah, tangis tawa, lalu apa lagi yang kucari dari semua itu?
Teringat lagi pembicaraan semalam sewaktu makan malam sehabis mengikuti kajian harian di mesjid
"Jarang loh ngeliat henie di mesjid hari biasa" seorang temanku berkata
"Beda kalo henie sih" sahut temanku yang lain
"Iya ya, henie sih beda, wanita karir" seloroh temanku yang pertama
Deg, pembicaraan itu menohok hatiku, pedasnya sate padang yang kumakan tak mampu menandingi pedasnya kalimat tersebut, yang aku tau bahwa mereka tak bermaksud apapun dengan mengucapkan itu, terbukti setelah itu pembicaraan beralih ke hal lain. Aku hanya bisa tersenyum kecil sambil menyesap es teh manisku...
Ya rabb, itukah pandangan orang-orang padaku, henie, seorang wanita karir, yang sibuk di kantornya, hingga hanya terlihat hadir di mesjid akhir minggu atau kalau ada kegiatan besar saja. Teringat buku-buku novel islami di meja yang tak terbaca, teringat al qur'an yang tak setiap hari kubuka, teringat al matsurat yang hanya kubawa di dalam tas karena aku tertidur kelelahan di dalam kereta, atau shalat dhuha yang terburu-buru dilakukan sebelum berangkat ke klien, semuanya karena mendahulukan pekerjaan, duh gusti Allah, ampuni aku, apa yang kucari dari semua itu?
Perlahan kuraih buku catatan kajian dari tumpukan buku-buku, kubuka helai demi helai, mengingat hari-hari ketika ku masih leluasa menghadiri kajian di mesjid. Berhenti tanganku di satu lembar, tertulis disana surat Az Zariyat : 56, Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu....
Sisi lain hatiku berkata, bekerja juga salah satu bentuk ibadah koq, niatkanlah melangkah keluar rumah untuk ibadah, namun apakah tetap ibadah jika dari 24 jam waktuku kuhabiskan 2/3 nya di kantor dan hanya kuberikan 5 x 5 menit waktuku untuk shalat? Apakah tetap ibadah jika aku bisa mengabaikan adzan namun langsung bergegas ketika klienku menelpon? Tetap disebut ibadahkah jika aku tak mau membiarkan bosku menanti namun kubiarkan alquranku tak tersentuh? Ya Allah ya rabb.... Ampuni aku yang telah salah menjalankan niatku, aku sangat takut membuat kesalahan dan mengecewakan klien namun aku tak takut melanggar perintahmu, aku takut jika aku tak dapat memenuhi tenggat waktu kerjaku namun aku tak takut mengakhirkan waktu shalatku, ampuni aku yang melupakan itu semua ya rabb...
Kuambil agendaku, kurubah sebagian jadwalku, kukosongkan jadwal soreku agar aku bisa mengikuti kajian di mesjid, kupasang alarm waktu shalat wajib di smart phone ku, agar aku tahu kapan aku harus bergegas menghadapNya, tidak akan kusisakan waktuku untukNya, melainkan akan kuberikan waktuku untukNya, untuk yang telah memberikan seluruh nikmat ini.
-terima kasih untuk seseorang yang tanpa disadari telah mengingatkanku-
No comments:
Post a Comment