Monday, August 23, 2010

Just stop it


Pertama melihatnya, tidak ada yang berbeda dengan pria lain, hanya saja terlihat lebih tenang, lebih dewasa dan lebih pendiam dibanding teman-temanku yang lain.

Ketika aku selalu melihatnya di mesjid di waktu-waktu shalat setelah pulang kerja, mulai timbul perasaan kagum, betapa Ia bisa menyempatkan diri untuk melaksanakan shalat berjamaah di mesjid, sementara aku yakin kalau pekerjaannya pun tak sengang.

Ketika ada kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat, aku makin tahu, kalau ternyata Ia sama dengan teman-temanku yang lain, suka bercanda, bergurau, sampai mengekspresikan dirinya di depan kamera, walau di mataku Ia tetap terlihat lebih dewasa di banding yang lain. Dan aku tahu kalau Ia bisa menjadi tempatku bertanya mengenai ilmu agama.

Akupun jadi tahu mengenai pribadinya yang terkadang terlihat tertutup namun selalu bersedia untuk membantu teman yang membutuhkan dengan tangan terbuka. Betapa perhatiannya Ia pada pengemudi, satpam, office boy yang membantu kegiatannya namun disaat yang sama terlihat membatasi perhatiannya pada lawan jenisnya.

Semakin aku tahu dirinya, semakin aku mengenalnya, semakin besar rasa kagumku padanya, semakin banyak perasaan yang bermain di dalamnya sehingga untuk hal kecil pun bisa membuat hatiku menangis.

Ikhwan, sepertinya aku harus menghentikan usahaku untuk lebih mengenalmu, karena aku tak ingin perasaan ini semakin dalam, karena aku pun tak ingin terjatuh ke dalam lubang tak berujung itu, karena aku takut perasaan itu justru akan mengacaukan niat suci mencari seorang imam hidupku.

Bismillahirrahmanirrahim, kalau memang ada akhir yang indah buat kita pasti akan ada jalan buat kita kesana walau saat ini aku berhenti mengenalmu lebih dekat. Tapi kalau memang tak ada akhir yang sama buat kita berdua, aku percaya bahwa Allah akan menggantikanmu dengan yang lebih baik, hmmm how lucky I am :).

-mesjid agung sunda kelapa, 12 Ramadhan 1431 H-